Pengertian Tasawuf, Kemunculan Tasawuf dalam Islam , Ajaran-ajaran Tasawuf , Tokoh-tokoh Tasawuf , dan Tasawuf dan Hubungannya dengan Dunia Modern

 


A. Pengertian Tasawwuf

Sejumlah ahli tasawuf menjelaskan bahwa makna tasawwuf secara bahasa berasal dari kata al-shuffah atau orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Makkah ke Madinah. Bisa dimaknai pula sebagai suf (barisan), suf (kain wol), atau dalam bahasa Yunani sophos (hikmat). Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syari’at Rasulullah dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaan-Nya.

 

B. Kemunculan Tasawwuf dalam Islam

Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan munculnya agama Islam itu sendiri, yaitu semenjak Nabi Muhammad SAW diutus menjadi rosul bagi segenap umat manusia dan   seluruh alam semesta. Fakta sejarah juga menunjukan bahwa pribadi Muhammad sebelum diangkat sebagai Rosul telah berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di goa Hiro, untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Mekah yang sibuk dengan hawa nafsu keduniaan. Kehidupan Nabi yang seperti itu dikenal sebagai hidup kerohanian yang bertujuan untuk medekatkan diri kepada Allah yang dikukan oleh orang sufi saat ini. Corak kehidupan kerohanian Nabi itulah yang dijadikan sebagai pedoman dalam hidup kerohanian sesudahnya sebagai materi dalam tasawuf. Tasawuf itu merupakan ajaran yang diikuti oleh orang sufi, dimana sufi itu dianggap penganut Islam yang memisahkan kehidupan dunia dengan akhirat.

 

C. Ajaran-ajaran Tasawwuf

Dalam pandangan kaum sufi manusia cenderung mengikuti hawa nafsu. Tindakan manusia yang dikendalikan oleh hawa nafsu dalam mengejar kehidupan duniawi merupakan tabir penghalang antara manusia dan tuhan. ahli tasawuf membuat suatu sistem yang   tersusun atas dasar didikan tiga tingkat, sebagai berikut:

a. Takhalli, berarti membersihkan diri dari maksiat lahir dan maksiat batin. Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup Duniawi. Menurut orang-orang sufi, kemaksiatan pada dasarnya dibagi menjadi 2, yaitu maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir ialah segala sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti tangan, mulut, mata. Maksiat batin adalah segala sifat tercela yang diperbuat oleh anggota batin. Membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela oleh orang-orang sufi dianggap penting, karena sifat-sifat itu merupakan najis maknawi (najasah ma’nawiyah).

 

b. Tahalli, yakni mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji dengan taat lahir dan taat batin. Tahalli juga berarti menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan yang baik. Tahalli ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap takhalli.

 

c. Tajalli, berarti terungkapnya nur gaib untuk hati. Karena itulah setiap calon sufi mengadakan latihan-latihan jiwa (riyadah) untuk berusaha membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela, mengosongkan hati dari sifat-sifat keji.

 

D. Tokoh-tokoh Tasawwuf

Tokoh-tokoh sufi dari zaman setelah wafatnya Nabi SAW cukup banyak. Pada masa sahabat, sederetan nama menjadi rujukan ahli tasawuf seperti Abu Bakar As-Shidiq, (573-634 M), Ali bin Abi Thalib (599-661 M), Salman Al Farisi (w. 656), Abu Dzar Al Ghifari (652 M), dan Miqdad bin Al Aswad, dengan Ali RA sebagai tokoh sentral dari ajaran ini. Pada masa tabi’in, yang terkenal adalah Hasan Al-Basri (642-728 M) dan Sofyan Al stawri (716-778 M). Baru kemudian murid dari Hasan Al-Basri, yaitu Abdul Wahid bin Yazid (w. 794). Pada abad kedua Hijriah dikenal nama-nama Ibrahim bin Adham Al Balakhi (718-782 M) dan Rabiah Al Adawiyah (713-801). Memasuki abad ketiga Hijriah, tasawuf semakin solid dan berkembang dengan tokoh sentral Abu Sulaiman Adarani (w. 819 M), Ahmad ibn Al Hawari (w. 844 M), Zunnun Al Misri (796-859 M), Bisyir Al Hafi (767-841 M), Abu Bakar Al-Syibli (861-946 M), Al Haris Al Muhasibi (781-857 M), Sirri al-Saqti (w. 867 M), Abdul Yazid Al Busthami (804-874 M), Al Junaid (830-910 M) dan Al Hallaj (858-922 M).

 

E. Tasawwuf dan Hubungannya dengan Dunia Modern

Nilai-nilai kemanusiaan semakin surut, toleransi sosial dan solidaritas sesama serta ukhuwah (di kalangan umat Islam) tampak hilang dan memudar, manusia cenderung semakin individualis. Di tengah suasana itu, manusia merasakan kerinduan akan nilainilai ketuhanan, nilai-nilai Ilahiah. Nilai-nilai berisikan keluhuran inilah yang dapat menuntun manusia kembali kepada nilai-nilai kebaikan yang pada dasarnya telah menjadi fitrah atau sifat dasar manusia itu sendiri. Dengan adanya kecenderungan manusia untuk kembali mencari nilai-nilai ilahiyah merupakan bukti bahwa manusia itu pada dasarnya makhluk rohani selain sebagai makhluk jasmani. Sebagai makhluk jasmani, manusia membutuhkan hal-hal yang bersifat materi, namun sebagai makhluk rohani, ia membutuhkan hal-hal yang bersifat immateri atau rohani. Sesuai dengan orientasi ajaran tasawuf yang lebih menekankan aspek rohani, maka manusia itu pada dasarnya cenderung bertasawuf. Dengan perkataan lain, bertasawuf merupakan fitrah manusia.

   Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran tasawuf, selama manusia belum bisa keluar dari kungkungan jasmani dan materi, selama itu pula dia tidak akan menemukan nilai-nilai rohani yang dia dambakan. Untuk itu dia harus berusaha melepaskan rohnya dari kungkungan jasmaninya. Maka dia harus menempuh jalan latihan (riyadhah) yang memerlukan waktu cukup lama. Riyadhah juga bertujuan untuk mengasah roh supaya tetap suci. Naluri manusia selalu ingin mencapai yang baik dan sempurna dalam mengarungi kehidupannya. Untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan ini tidak dapat dilalui denganmempergunakan ilmu pengetahuan saja, karena ilmu adalah produk manusia dan hanya merupakan alat yang terbatas. Manusia akan merasa kehilangan dan kekosongan kalau hanya mengandalkan ilmu materi saja. Jalan menuju kebahagiaan yang hakiki hanya dengan iman yang kokoh, perasan hidup yang aman bersama Tuhan.



Nama: Ahmad Nafisal Mahfud

Kelas: IAT 2

Matkul: Pengantar Studi Islam

Institusi: UIN KHAS JEMBER

Komentar